Harga Minyak anjlok pada hari Kamis (11/9), tertekan oleh kekhawatiran melemahnya permintaan AS dan kelebihan pasokan yang luas, yang mengimbangi ancaman terhadap produksi akibat konflik di Timur Tengah dan perang Rusia di Ukraina.
Harga Minyak mentah Brent berjangka turun $1,13, atau 1,7%, menjadi $66,36 per barel pada pukul 13.19 GMT, sementara harga Minyak mentah West Texas Intermediate AS turun $1,16, atau 1,8%, menjadi $62,51.
Badan Energi Internasional (IEA) menyatakan dalam laporan bulanannya bahwa pasokan Minyak dunia akan meningkat lebih cepat dari perkiraan tahun ini karena OPEC+ terus meningkatkan produksi.
Namun, laporan OPEC yang diterbitkan setelah IEA mempertahankan proyeksi pasokan dan permintaan non-OPEC untuk tahun ini, dengan alasan permintaan yang stabil.
Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, sebuah kelompok yang secara kolektif dikenal sebagai OPEC+, pada hari Minggu memutuskan untuk meningkatkan produksi mulai Oktober.
Ekspor Minyak mentah Arab Saudi ke Tiongkok diperkirakan akan melonjak pada bulan Oktober, menurut beberapa sumber perdagangan kepada Reuters pada hari Kamis. Aramco mengirimkan sekitar 1,65 juta barel per hari pada bulan Oktober, dibandingkan dengan 1,43 juta barel per hari yang dialokasikan pada bulan September.
Di AS, persediaan Minyak mentah naik sebesar 3,9 juta barel dalam pekan yang berakhir pada 5 September, menurut Badan Informasi Energi (EIA), bertentangan dengan ekspektasi penurunan sebesar 1 juta barel.
Pasar juga mempertanyakan berapa lama Tiongkok dapat terus menyerap barel dan menjaga persediaan OECD tetap rendah, kata analis UBS Giovanni Staunovo, seraya menambahkan bahwa investor juga mencermati sanksi lebih lanjut yang memengaruhi Minyak Rusia.
Menteri Energi AS Chris Wright dan Komisaris Energi Uni Eropa Dan Jorgensen membahas upaya untuk membatasi perdagangan energi Rusia di Brussels. Jorgensen mengatakan bahwa tenggat waktu yang direncanakan blok tersebut ambisius, tetapi prosesnya perlu dipercepat. (Arl)
Sumber: Reuters
Stok Melimpah, Minyak Tersungkur Meski Geopolitik Meningkat
